Kamis, 22 September 2011

Pengantar Akuntansi Keprilakuan

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) adalah cabang
akuntansi yang mempelajari hubungan antara perilaku manusia
dengan sistem akuntansi (Siegel, G. et al. 1989). Istilah sistem
akuntansi yang dimaksud di sini dalam arti yang luas yang meliputi
seluruh desain alat pengendalian manajemen yang meliputi sistem
pengendalian, sistem penganggaran, desain akuntansi
pertangungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi atau
sentralisasi, desain pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja
serta pelaporan keuangan. Secara lebih terinci ruang lingkup
akuntansi keperilakuan meliputi:
1) mempelajari pengaruh antara
perilaku manusia terhadap desain, konstruksi, dan penggunaan
sistem akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen
mempengaruhi sifat pengendalian akuntansi dan desain
organisasi;
2) mempelajari pengaruh sistem akuntansi terhadap
perilaku manusia, yang berarti bagaimana sistem akuntansi
mempengaruhi motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan,
kepuasan kerja dan kerja sama;
3) metode untuk memprediksi
perilaku manusia dan strategi untuk mengubahnya, yang berarti
bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku.
Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavioral science), teori-
teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris
atas perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian,
peranan penelitian dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah
tidak diragukan lagi. Ruang lingkup penelitian di bidang akuntansi
keperilakuan sangat luas sekali, tidak hanya meliputi bidang
akuntansi manajemen saja, tetapi juga menyangkut penelitian
dalam bidang etika, auditing (pemeriksaan akuntan), sistem
informasi akuntansi bahkan juga akuntansi keuangan. Untuk
membatasi permasalahan, dalam tulisan ini penulis hanya
membatasi pada penelitian dalam bidang akuntansi manajemen
saja.


1. Tinjauan Umum

Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan
informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya
dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi
tersebut adalah memberikan petunjuk dalam memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi
dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi
menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai
eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal
dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja.
Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka
labih berfokus pada jumlah investasi yang mereka lakukan
dalam organisasi tersebut.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi
keperilakuan dalam lima aliran (school) , yaitu :
1. Pengendalian manajemen (management control)
2. Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information
processing)
3. Desain sistem informasi (information system design)
4. Riset audit (audit research)
5. Sosiologi organisasional (organizational sociology)

Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di dalam maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk
membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua
tingkatan didalam perusahaan Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun
yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, danaudit. Banyak volume riset atas akuntansi keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi
secara periodik, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :
- Memberikan gambaran state of the art terhadap minat
khusus dalam bidang baru yang ingin diperkenankan
- Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
- Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh.
Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
- Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis
terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
- Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat
yang relevan terhadap perencanaan strategis
- Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan


2. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru
yang secara luas berhubungan dengan perilaku individu,kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan
dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap
perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak
dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan
Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah
yang berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan
dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam
penyusunan anggaran, karakteristik sistem informasi,
dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi
akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran
dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979).
Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby (1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal untuk pertimbangan riset yang diikuti. Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel
mengenai akuntansi keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Berbagai variabel
perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkaitdengan akuntansi

3. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntasi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Berbagai riset tersebut masih bersifat
normative, yaitu hanya mengangkat permasalahan mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model
seperti arus kas yang didiskonto atau pemrograman linear
guna membantu manajer membuat keputusan ekonomi yang
optimal, tanpa melibatkan factor-faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas desain pengendalian manajemen
seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi.
Namun sejak tahun 1950-an, desain riset lebih bersifat
deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi
nyata yang dihadapi oleh pelaku organisasi.
Riset akuntasi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan
pendekatan universal. Tetapi karena pendekatan ini memiliki
banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain
yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang
riset, yaitu pendekatan kontijensi. Variable kontijensi yang
mempengaruhi desain system pengendalian manajemen
adalah :
1. Ketidakpastian
2. Teknologi dan saling ketergantungan
3. Industri, perusahaan dan unit variable
4. Strategi kompetitif
5. Faktor-faktor yang dapat diamati.
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu
keperilakuan (behavior science), teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset
dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.


Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang
akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga
pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi
produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya
topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi
pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun
demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.
Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun
1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami
perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha
untuk menghubungkan desain system pengendalian
manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak
saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan
lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh
para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan
pendekatan universal (universalistic approach), seperti riset
Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi,
karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka
segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat
perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
kontinjensi (contingency approach).
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi
dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan
penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara
ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi
desain system pengendalian manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi,
dan faktor-faktor eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk
ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan
biaya rendah atau keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti
desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara
variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan
ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara
struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem
akuntansi.